GenPI.co - Namaku Fitri. Aku ialah anak pertama dari dua bersaudara. Namun, karena perceraian orang tua, aku kini hanya tinggal bersama mama.
Sementara adik lelakiku, Hary harus tinggal bersama papa karena masih harus sekolah di kampung.
Maklum, setelah bercerai, mama memutuskan untuk tinggal di Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Sebab, mama memang sebelumnya ialah seorang yang cukup gila kerja.
Kami sebenarnya tidak memiliki rumah, sehingga harus tinggal di sebuah indekos.
"Kita tinggal di sini selama enam bulan dulu, ya, sayang," ujar mamaku.
"Iya, ma. Aku juga akan cari kerja supaya kita bisa punya rumah," sahutku.
Sebulan tinggal di indekos, aku sebenarnya gerah karena sikap mama yang suka membawa orang lain ke rumah.
Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran hanya menumpang.
Penantian panjang pun akhirnya terselesaikan setelah aku diterima kerja di salah satu kios di delat kos-kosan.
"Aku harus bantu mama buat bayar kos dan kebutuhan lainnya. Jadi, aku juga bisa berani bilang kepada mama soal masalah temannya itu," gumamku.
Tiga bulan kemudian, mama pun membawa seorang pria ke indekos kami.
Aku pun kebetulan tidak bekerja sehingga bisa melihat aktivitas mereka dan berbicara kepada mamaku.
"Ma, kenapa Om Feri selalu datang ke sini, bahkan suka masuk kamar mama?" kataku kepada mama.
"Aku risih ma. Kalau nggak ada uang, aku punya, kok,"
"Om Feri itu orang baik, nak. Nggak ada apa-apa juga di antara kami. Dia juga sudah punya istri dan keluarga," sahut mamaku.
"Namun, tetap saja nggak enak dilihat tetangga, ma," kataku.
Setelah perdebatan itu, aku pun meminta Om Feri untuk keluar kamar.
"Om, aku mau bicara serius. Mengapa om selalu ada di kamar mama?" ucapku.
"Hah, soal itu, Om nggak bisa jelasin kepada kamu. Coba tanya kepada mamamu. Om hanya menjalankan tugas, kok," sahutnya.
"Tugas apa?" sahutku ketus.
"Itu semua dijawab mama, ya," jawabnya.
Usai mendengar hal itu, aku pun langsung memanggil mama dan bertanya soal alasan Om Feri ada di kamarnya.
"Ma, apa yang Om Feri lakuin di kamar mama? Bukan, kah, itu tidak sopan?" tanyaku.
"Om Feri itu yang selalu buat nyaman rumah ini, sayang. Dia bikin rumah kita tetap hangat karana memperbaiki penghangat air di kamar mandi," kata mama.
Mendengar hal itu, aku pun langsung bergegas membeli alat penghangat air agar tidak ada berita yang tidak-tidak soal keluarga kami. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News