Hidup Tidak Mudah, Aku Akhirnya Bangkit dari Keterpurukan

08 Januari 2023 21:00

GenPI.co - Hidup memang tidak mudah. Aku sangat menyadarinya. Berbagai masalah datang silih berganti.

Namun, kemarau tidak akan berlangsung selamanya. Suatu saat nanti pasti akan hujan juga.

Namaku Imam. Aku lahir dari keluarga pas-pasan, bahkan mungkin sangat terbatas. Ayahku pekerja serabutan.

BACA JUGA:  Kisah Horor di Kantor: Wanita Bergaun Putih Mengikutiku

Ibuku berpisah dengan ayahku sejak aku masih kecil. Aku dididik dengan gaya yang sangat keras.

Ayah memang selalu seperti itu. Dia tidak akan membiarkanku mendapatkan apa pun dengan mudah.

BACA JUGA:  Kisah Horor Malam Jumat: Makhluk Tinggi Besar di Bawah Pohon

Aku harus berusaha sebelum mendapatkan keinginanku. Kelak, kata ayah, mental pejuang seperti itu akan berguna buat masa depanku.

“Kamu akan mengerti ketika sudah besar nanti,” kata ayahku pada saat itu.

BACA JUGA:  Kisah Horor: Sosok Besar Menindih Tubuhku

Aku, selayaknya anak kecil pada umumnya, tentu tidak suka dengan cara ayah mendidikku. Aku sering iri dengan teman-teman sebayaku.

Mereka hidup dengan kehangatan keluarga. Mereka bisa mendapatkan keinginannya tanpa harus berusaha sekeras aku.

Namun, aku akhirnya menyadari cara ayah mendidiku memang benar. Aku bisa melewati banyak masalah, termasuk ketika aku kuliah.

Aku sedang kuliah di sebuah universitas di Yogyakarta. Aku tidak termasuk mahasiswa berprestasi, tetapi juga bukan anak bodoh.

Aku merasa prestasiku biasa saja, tetapi tidak jelek. Aku harus menghidupi diriku sendiri. Aku bekerja untuk membiayai kuliah.

“Kalau ada yang kurang, kamu bilang ayah, ya,” ujar ayah.

Ayah memberiku uang bulanan semampunya. Namun, aku menyadari biaya kuliahku tidak murah. Aku harus mencari tambahan.

Berbagai pekerjaan sudah kujalani. Aku pernah berjualan rokok, kaus, makanan kecil, dan lain-lain.

Aku juga pernah bekerja di berbagai tempat, seperti perpustakaan maupun toko oleh-oleh. Memang berat, tetapi aku tidak punya pilihan lain.

“Kamu hebat,” kata Rara, pacarku.

“Kenapa?”

“Tidak semua orang bisa sepertimu,”

Aku mendengus. Menurutku, ucapannya klise. Rara sudah menjadi pacarku selama dua tahun. Hubungan kami seperti pasangan pada umumnya.

Kami beberapa kali terlibat perselisihan. Namun, kami juga selalu bisa akur kembali. Ya, begitulah hubungan.

Salah satu ucapan ayah yang sangat kupegang ialah soal menghadapi masalah.

“Kamu mungkin akan terpuruk, tetapi hidup tidak selamanya buruk. Kamu pasti bisa bangkit lagi,” ujar ayahku.

Aku baru merasakan ucapannya memang benar sekitar dua tahun lalu. Saat itu, aku benar-benar terpuruk. Masalah datang bertubi-tubi.

Aku tidak punya uang. Hubunganku dengan Rara berantakan. Masih banyak lagi masalah yang datang. Aku hancur. Namun, aku bisa mengurai semuanya perlahan-lahan.

Aku bisa mendapatkan uang dari pekerjaan sampinganku. Hubunganku dengan Rara kembali baik. Kuliahku berjalan seperti sediakala. Kupegang erat semua nasihat ayah.

“Kalau kamu menyerah, semuanya selesai. Kalau masih mau melangkah, kamu akan menemukan jalan,” ucap ayah. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co