Angkat Pot Tanaman, Bikin Aku Dipijat Tetangga Baru

06 Maret 2021 20:20

GenPI.co - Perempuan itu lewat lagi di depan rumahku sembari melambaikan tangannya ke arahku.

Aku saat itu sedang menggotong pot tanaman yang ingin kupindahkan dari teras ke halaman rumahku. Sontak, aku taruh pot tanaman itu dan membalas lambaian tangannya.

BACA JUGA: Janda Nungging dan Aku Berdiri, Nikmatnya Dunia Ini

Dia tetangga yang baru saja pindah ke komplek perumahan ini dua minggu yang lalu. Beda rumah kami berdua hanya dua nomor.

Pertama kali aku melihatnya saat aku sedang menutup pagar usai pulang dari kantor.

“Halo, Kak. Salam kenal, ya. Aku baru saja pindah ke sini,” katanya saat itu.

Wajahnya memang tertutup masker, tapi tatapan matanya mampu membuat dengkulku lemas saat itu.

Tapi, aku juga tak yakin apakah dengkulku lemas karena tatapan lembut tetangga baruku atau karena naik turun tangga stasiun.

BACA JUGA: Kisahku dengan Janda Tak Terlupakan, Service yang Indah

Rambutnya ikal dan berwarna coklat tua. Dia memakai kacamata dengan frame bulat yang tipis. Tinggi badannya setara dengan daguku.

“Oh iya, salam kenal. Betah-betah ya di sini,” jawabku.

“Haha, iya semoga ya. Ini rumah pertama yang aku beli, seneng banget rasanya,” ujarnya sambil menepuk kedua telapak tangannya.

“Wah, keren keren, masih muda sudah bisa beli rumah sendiri,” kataku. Tangan kiriku memegang pagar kencang sekali untuk menahan rasa gugup.

“Makasih, Kak. Aku duluan, ya, mau cuci baju soalnya,” balasnya sambil berjalan ke rumahnya.

Saat itu aku bercanda dalam hati, berharap semoga jodohku dia agar besanan tak usah jauh-jauh.

Tapi, makin lama kami berdua saling sapa dan diselingi obrolan ringan, makin jatuh hati aku padanya.

Pembawaannya yang riang, membuatku selalu menantikan kehadirannya lewat depan rumahku tiap hari.

Tak jarang, wajahnya menghampiri mimpiku di malam hari. Sampai-sampai aku kehausan saat bangun tidur, seperti yang kurasakan pagi hari ini.

Aku pun langsung menuju dapur untuk mengambil segelas air. Setelah dahagaku hilang dan kesadaranku mulai terkumpul, aku langsung membuat sarapan.

Aku membawa roti dan kopiku ke teras rumah untuk menikmati matahari pagi sembari membaca koran.

Saat sampai teras, aku melihat bahwa ada satu pot tanaman yang belum dipindahkan dari teras ke halaman rumah. Jadi, aku taruh piring dan gelas di meja teras dan segera mengangkat pot itu.

Namun, pinggangku tiba-tiba terasa sakit saat sedang mengangkat pot. Aku taruh pot itu buru-buru dan benar saja, rasa sakit di pinggangku tak hilang.

Akhirnya, setelah menyelesaikan sarapan, aku memesan layanan pijat di aplikasi daring. Aplikasi itu menuliskan bahwa pemijat akan sampai dalam waktu 5 menit.

Cepat sekali, pikirku. Tapi, aku tak percaya, jadi kunyalakan saja televisi di ruang tengah untuk mengalihkan pikiranku dari rasa sakit di pinggang.

Tepat lima menit, ada suara perempuan di depan pagar rumahku. Sambil terheran-heran, aku berjalan dengan pelan untuk membuka pagar.

Aku kaget setengah mati saat perempuan tetangga baru itu berdiri di depan pagar rumahku. Sampai-sampai langkahku terhenti dan hanya terdiam menatapnya.

Perempuan itu pun tertawa melihat tingkah anehku yang terdiam sembari memegang pinggang.

“Jadi, mana yang mau dipijit, kak?” katanya sembari membuka pagar dan menghampiriku yang masih mematung. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co