GenPI.co - Invasi Rusia ke Ukraina yang makin memanas menjadi perhatian dunia.
Negara-negara Barat memutuskan untuk memberikan serangkaian sanksi kepada negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.
Salah satu sanksi ini, yaitu menutup akses penggunaan cadangan mata uang negara Rusia.
Alhasil, sanksi tersebut mulai dirasakan Rusia lantaran mata uangnya, Rubel terjungkal terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Saat ini, kurs Rubel berada di 119 per USD pada perdagangan Asia.
Bahkan, sepanjang bulan ini Rubel telah terdepresiasi hingga 53,77 persen terhadap dolar AS.
Tekanan tersebut membuat bank sentral Rusia putar otak dengan menyiapkan sejumlah strategi.
Sejak Minggu (27/2) Rusia mengelola dampak sanksi dengan memblokir beberapa bank dari sistem pembayaran internasional SWIFT.
Bank sentral Rusia juga memutuskan untuk menambah cadangan emas di pasar domestik.
Analis di Rabobank menuturkan kebijakan sanksi cadangan mata uang dari negara Barat makin menumpulkan nilai Rubel.
"Bahkan emas tidak likuid jika tidak ada yang bisa menggunakan valas sebagai gantinya. Akan ada keruntuhan total pada rubel hari ini," tulis Rabobank (ant).
Lihat video seru ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News