Milarder Jadi Pedagang Asongan Kini Sirivat Pengusaha Sukses Lagi

09 November 2021 00:45

GenPI.co - Waktu terus berputar, tidak ada seorang pun yang tahu seperti apa dirinya kelak.

Hal itu juga dialami seorang pria asal Thailand bernama Sirivat Voravetvuthikun.

Dari seorang miliarder bangrut menjadi pedagang asongan. Kini mampu kembali bangkit dan menjadi pengusaha sukses lagi.

BACA JUGA:  Heru Sang Sarjana Usaha di Yogya, Produk Diborong Pebisnis Arab

Sirivat Voravetvuthikun. awalnya berkelimpahan harta dan seorang pengusaha properti.

Namun langkah kehidupan yang salah membuat hartanya lenyap, dan terpaksa berkeliling menjadi pedagang asongan menjual sandwich.

BACA JUGA:  Yuli Layani Bersih-bersih, Sang Sarjana Kantongi Rp 10 Juta/Bulan

Ya, Sirivat Voravetvuthikun menerima dirinya kini disebut Mr Sandwich.

Dilansir dari laman thestar, dia terpuruk pada 1997 karena terlalu dibebani utang untuk bisnis propertinya.

BACA JUGA:  Guru Jadi Juragan Anggrek, Pelanggan Ika Emak-emak Bank dan Hotel

Sampai kemudian terjadi krisis ekonomi dunia, dolar membumbung tinggi menggerus banyak mata uang negara, termasuk baht di Thailand.

Peristiwa tersebut sontak membuat, Sirivat Voravetvuthikun berubah status dari pengembang properti multi-jutawan dan investor pasar saham menjadi penjaja sandwich.

Pada awal 1997, Sirivat meminjam banyak uang dari perusahaan pembiayaan untuk membiayai proyek-proyek propertinya.

Termasuk untuk pengembangan kondominium 1 miliar baht atau di kisaran Rp 430 miliar.

Dia juga menggunakan uang tersebut untuk mengadu peruntungan di pasar saham.

Menurut pria yang memiliki darah Thailand dan China tersebut, pilihan bisnisnya ketika itu sangat tepat.

“Saya meminjam banyak dengan tingkat bunga 17 persen per tahun. Tetapi saya tidak takut dengan pinjaman saya, mengingat kemampuan dan pengalaman saya. Saya tidak pernah berpikir saya akan bangkrut dalam beberapa bulan,” ujar Sirivat yang menyelesaikan pendidikannya di Amerika serikat (AS), dilansir dari laman thestar

Benar saja, sekitar Februari 1997 Sirivat harus memberi tahu stafnya yang berjumlah 40 orang bahwa dia akan bangkrut karena dia tidak dapat membayar pinjamannya.

Arus kasnya mengering ketika dia tidak bisa menjual unit kondominium apa pun.

Bahkan setelah bank menyita propertinya, dia masih berutang kepada bank sekitar 400 juta baht atau Rp 172 miliar.

Meski tertekan, Sirivat tak sudi bunuh diri yang menjadi pilihan sejumlah orang yang kehilangan kekayaan mereka selama krisis keuangan Asia.

“Kalau saya bunuh diri masalahnya tidak akan selesai, dan beban akan ada pada istri dan anak-anak saya,” kata Sirivat.

Buatnya, dia cukup menyalahkan dirinya sendiri sampai kehilangan kekayaan.

“Aku terlalu serakah. Mengapa beberapa juta baht tidak cukup? Mengapa saya ingin menghasilkan satu miliar baht?,” bebernya.

Untuk mencari nafkah, Sirivat mengalungkan kotak kuning seberat 12 kg di lehernya dan mulai menjajakan sandwich di jalan atau dekat pintu masuk stasiun kereta yang ada di Bangkok.

Pada hari pertamanya, Sirivat harus memasang wajah pantang malu ketika banyak orang bingung melihatnya.

Dia yang orang kaya, kini menjual sandwich dengan menyusuri jalan pula, dengan kotak yang menggantung di lehernya.

Jika sandwich yang djualnya dijual 40 baht, dulu dia berbisnis kondominium seharga 5 juta baht per unit.

“Karena krisis saya menemukan bisnis baru. Saya lebih bahagia,” katanya.

Dia mengatakan jenis bisnis tidak lah penting. Hal yang lebih penting adalah menjalankan bisnis yang bisa dipertahankan dan ada di sektor riil, yaitu bidang makanan dan minuman.

Sosoknya langsung menyadi banyak pemberiataan, baik di media di Thailand dan dunia, akibatnya sandwich-nya mulai dikenal dan makin banyak terjual.

“Media membantu saya menjual sandwich. Ketika cerita saya diketahui publik, mereka mendukung saya dengan membeli sandwich saya,” katanya.

Sejalan popularitasnya, dia rata-rata bisa menjual 800 sandwich per hari.

Sementara utangnya, terkikis sejalan dengan pernyataan bahwa dia mengalami kebangkrutan pada tahun 2003.

“Saya tidak berharga apa-apa hari ini kecuali untuk merek saya,” katanya.

Sandwich yang dijualnya kini menjadi gerai, yang juga menjual sejumlah makanan dan minuman lainnya,selain sandwich.

“Berapa nilai merek saya sekarang? Anda akan terkejut, seratus juta baht (Rp 43 miliar),” ujarnya.

Pada tahun 2009, Sandwich Man berencana untuk mendaftarkan bisnis makanan dan minumannya di pasar saham Thailand.

Kini Sirivat jadi pengusaha sukses lagi dan memiliki gerai. Namun tetap mempertahankan cara dagangnya yang menjadi identitasnya. Yaitu membawa kotak dengan tali yang dikalungkan di leher (Foto: SC YouTube 9sook, 4 Mei 2021)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Linda Teti Cordina

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co