
Bahkan, aku telah menemukan satu sosok ayah yang aku yakini sebagai guru agama dan tempat aku bercerita.
Jadi, dari situ aku mulai terpikirkan untuk menjadi seorang mualaf.
Aku tidak bisa menampik keputusan itu sungguh berat ke depannya, apalagi orang tuaku masih membiayai hidupku.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Orang Tua Beda Keyakinan, Aku Dapat Hidayah Islam
Akan tetapi, tekadku tetap bulat. Aku pun memberanikan diri bilang ke ibuku dan orang sekitar untuk meminta izin menjadi mualaf pada Agustus 2021.
Sekitar tiga bulan setelahnya, aku pun memutuskan menjadi mualaf. Dua kalimat syahadat aku ucapkan pada 10 November 2021, yang aku yakini sebagai tanggal dan bulan yang bagus.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Ditinggal Suami, Aku Temukan Keajaiban dalam Islam
Menjadi mualaf tidak mudah kulalui. Banyak sekali ujian dan tantangan yang harus dihadapi, di antaranya ditinggal selamanya oleh calon suamiku, batal lamaran, hingga bisnis bangkrut hingga aku ditipu puluhan juta.
Sementara itu, keputusanku menjadi mualaf tidak kusesali karena menurutku hati lebih nyaman dan saudara lebih luas rasanya.
BACA JUGA: Kisah Mualaf: Tak Sabar Menunggu Bedug dan Segelas Teh Manis
Banyak pembelajaran yang aku dapatkan setelah menjadi muslim, salah satunya mengenal Allah yang tidak akan meninggalkanku di saat-saat tersulit yang aku jalani.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News