Pelarian mereka adalah bagian dari eksodus yang lebih luas dari para intelektual dan tokoh masyarakat Afghanistan, terutama wanita, sejak Taliban mengambil alih negara itu sebulan lalu.
Ketika Taliban terakhir memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, anak perempuan tidak diizinkan bersekolah dan perempuan dilarang bekerja dan bersekolah.
Wanita dilarang berolahraga dan itu kemungkinan akan berlanjut di pemerintahan ini juga.
BACA JUGA: Korea Utara Colek Jepang, PM Yoshihide Suga Jadi Gusar
Seorang perwakilan Taliban mengatakan kepada penyiar Australia SBS pada 8 September bahwa dia tidak berpikir wanita akan diizinkan bermain kriket karena "tidak perlu" dan akan bertentangan dengan Islam.
“Islam dan Imarah Islam tidak mengizinkan perempuan bermain kriket atau olahraga di mana mereka terpapar,” kata wakil kepala komisi kebudayaan Taliban, Ahmadullah Wasiq, seperti dikutip SBS.
BACA JUGA: Taliban Dipukul Krisis, Rakyat Afghanistan Menangis
Beberapa mantan dan pemain sepak bola wanita saat ini melarikan diri dari negara itu setelah pengambilalihan Taliban.
Sementara eks kapten tim mendesak para pemain yang masih berada di Afghanistan untuk membakar peralatan olahraga mereka dan menghapus akun media sosial mereka untuk menghindari pembalasan.
BACA JUGA: Rumor Konflik Maut di Tubuh Taliban, Mullah Baradar Ditembak Mati
Badan sepak bola dunia FIFA bulan lalu mengatakan sedang bekerja untuk mengevakuasi mereka yang tersisa di negara itu.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News