Catatan Dahlan Iskan soal Muhammad bin Salman: Barang Titipan

Catatan Dahlan Iskan soal Muhammad bin Salman: Barang Titipan - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

Otak saya lebih berdebu lagi. Saya harus ke mana. Pakai apa. Tempat ini hanya semacam rest area. Saya memang harus istirahat tapi mestinya tidak di tempat seperti ini. 

Saya sudah 12 jam naik bus dari Madinah. Ke arah utara. Lalu naik mobil antar barang itu 1,5 jam. Sudah lebih 1.000 km saya melewati gurun dan gunung batu. Dan kini berhenti di tengah gurun bergunung. 

Yang membuat saya tenang: ada uang cukup di dompet. Istri saya memasukkan sejumlah riyal ke situ sebelum berpisah di Madinah. Yang bikin tenang lainnya: ada yang jual makanan. Minuman. Ada tenda, ada kursi, ada toilet, ada musala. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Grup Adani: Juru Selamat

Yang sangat penting: ada colokan listrik. Tidak takut kehabisan baterai. Komunikasi bisa terjaga. Pun bisa menulis untuk Disway. Nikmat mana lagi yang masih harus didustakan.

Yang saya tidak bisa berdusta: saya diliputi kekhawatiran. Bahasa Arab saya juga parah untuk daerah di begini pelosok. Kalau saya berbahasa Inggris hanya dijawab gelengan kepala.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Tikungan Lion

Saya harus segera keluar dari jebakan ini. Tapi bagaimana caranya. Lebih khawatir lagi, saya belum menulis naskah untuk Disway. Belum juga memilih komentar pilihan. 

Lalu saya ingat uang di dompet. Tenang lagi. Matahari kian tegak di atas ubun. Terik. Silau. Tapi tidak panas. Angin kencang mengembuskan udara sejuk. Sesekali raja udara itu juga membadaikan debu berpasir.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan: Teddy Sambo

Saya pilih menulis dulu. Soal yang paling gampang: datangnya juru selamat Adani. Lalu memilih komentar. Mungkin komentar yang masuk terlalu sore tidak sempat terpilih. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya