
Saya pun mulai mengail di padang pasir. Setiap ada mobil datang, untuk membeli makanan, saya lemparkan umpan: boleh ikut?
“Ke mana?" tanya seorang bule.
Namanya Kenny. Asal Glasgow selatan Skotlandia. Namanya mengingatkan saya pada bintang sepak bola dari sana: Kenny Dalglish.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan soal Grup Adani: Juru Selamat
"Ke mana saja. Yang penting keluar dari sini".
Ia pun pergi. Tapi memberi nomor HP. "Kalau ada kesulitan hubungi saya," katanya sambil berlalu. Ia buru-buru. Terikat jam kerja di proyek kota baru ini.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Tikungan Lion
Ada lagi yang lain datang. Tidak sempat menjawab. Yang lain lagi menggelengkan kepala. Sampai orang ke-15. Target orang ke-15 meleset.
Saya harus bersabar. Pasti akan datang orang baik. Saya sudah menenangkan pikiran untuk siap yang terjelek: bagaimana harus bermalam di padang pasir ini.
BACA JUGA: Catatan Dahlan Iskan: Teddy Sambo
Toh ada toilet. Ada musala. Ada roti selebar payung kecil di tas kresek. Ada air. Mungkin hanya dingin. Angin kencang. Saya tidak boleh takut sebagaimana ancaman hujan dan badai di Cikeusik.
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News