Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16)

Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16) - GenPI.co
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com/GenPI.co

“Itu yang saya cemaskan. Inayah itu mencintai kamu, Dur. Dia terlalu pandai menyembunyikan perasaannya dengan sikap wajarnya itu. Tapi hatinya tertutup untuk laki-laki lain,” kata Ustaz Samsu.

Hari itu jari Jumat, saya sudah selesai dengan kegiatan membina santri. Saya membuat pelatihan jurnalisme dasar. Bahan-bahan yang kuberikan kusederhanakan dari bahan bengkel jurnalistik di kantor, yang kuajarkan pada wartawan-wartawan baru.

“Mungkin belum ada yang kelasnya melebihi saya, Ustaz,” kataku.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan soal Situasi Amerika Serikat: Rasialis Fanatis

“Justu di antara mereka semua, kau paling rendah kualitasnya,” kata Ustaz Samsu. Kami tertawa, “Ada yang lulusan Mesir, ada yang sudah S2,” lanjutnya.

Saya terus tertawa tapi ada cemas juga di ujung tawa saya itu. Mungkin Inayah menunggu saya, karena dia menganggap hubungan saya dengan Suriyana pun tak jelas. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Dipanggil, Siapa Membunuh Putri (16)

Saya jadi merenungkan persoalan itu. Sudah beberapa bulan sejak kami, kami masih merasakan kegembiraan yang sama, kegembiraan bertemu lagi setelah sekian tahun.

Tapi saya tak berani melangkah lebih jauh dari itu. Saya terlalu cemas jika ternyata Suriyana menganggap hubungan kami hanya sebatas itu. 

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Sidang yang Tegang, Siapa Membunuh Putri (15)

Pembicaraan dengan Ustaz Samsu, pertemuan rutin tiap Jumat dengan Inayah, membuat saya berpikir bahwa memang sebaiknya aku memberi kepastian pada Inayah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya