Menantinya 10 Tahun, Jodohku Dijemput Maut Saat Lamaran

01 Agustus 2021 09:40

GenPI.co - Aku bertemu gadis itu ketika kuliah. Kenal, cocok, ada kedekatan emosional dan kitapun bersahabat. Aku masih berumur 20, dan dia 18. Kita sering menghabiskan waktu bersama.

Kami sama – sama saling menyukai, tapi tidak pernah secara formal menganggap diri kita berpacaran karena kami sama – sama ingin bebas dan menikmati masa muda kami.

Kami sangat bahagia hingga kedua adiknya meninggal. Sebuah kecelakaan mobil. Adiknya masih 16 dan 18. Mereka meninggal karena kecelakaan tersebut.

BACA JUGA:  Aku dan Tante Masuk Kamar, Air Matanya Tumpah

Meninggal saat sudah sampai di rumah sakit. Temanku benar – benar hancur. Saya sakit bagiku ketika mengingat keadaannya saat itu. Ayahnya lebih hancur lagi, bahkan ayahnya memutuskan untuk mati dengan tidak makan berhari – hari.

Dia putuskan untuk menjaga ayahnya, dan untuk sejenak memutuskan semua hubungan dengan teman – teman di kota, termasuk aku. Kami tidak bertemu selama 2 tahun.

BACA JUGA:  Selingkuh dengan Gadis Penjual Kopi, Tuhan Turunkan Azab

Kita bertemu lagi, dan dia benar – benar berbeda. Dulu dia orang yang paling ceria, terbuka, dan positif yang pernah aku kenal. Sekarang dia lebih diam, nampak sedih, dan juga lebih bijaksana.

Hal yang ingin kulakukan saat itu adalah hanya ingin bersama dengannya saja, membantu melewati masa sulitnya, membantunya untuk merasa lebih baik. Karena melihat keadaanya seperti membuatku benar – benar sedih. Mungkin di saat inilah aku mulai serius merasakan cinta dengannya.

Beberapa saat usai aku merasa telah siap, aku bilang saja bahwa aku cinta dengannya, dan aku ingin bersama dengannya. Namun dia menolak, dia merasa tidak ingin menjalani hubungan serius sekarang. Mungkin beberapa tahun ke depan atau mungkin saja tidak akan pernah.

Dia merasa mungkin tidak pernah bisa lagi merasakan terbuka secara emosional kepada orang lain. Jadi, dia memutuskan untuk meminta tidak bertemu dulu terutama denganku.

Dia bilang bahwa dia masih ingin mencari bagaimana untuk hidup di dunia yang di mana dia sudah tidak bertemu kedua adiknya lagi.

Dia memintaku untuk memberinya waktu, dan aku bilang tentu saja akan kuberikan apa yang dia mau. Dia bilang bahwa dia bahagia ketika kita bersama, Aku bilang juga bahwa aku bahagia bersamamu.

Dan terjadilah perjanjian kita berdua. Aku saat itu sudah berumur 25 dan dia 23. Kita berjanji jika aku sudah berumur 32 dan dia berumur 30, jika dia sudah bisa merelakan kepergian adik - adiknya dan 'sembuh', dan juga dia saat itu masih single serta aku juga masih single, maka kita berjanji akan menikah.

Setelah perjanjian itu, kita berpisah lagi. Dia pindah ke Wyoming dan aku pindah ke Jerman.

Tahun - tahun pertama setelah berpisah, kami tidak kontak sama sekali. Namun kami akhirnya saling berkirim surat. Berkali - kali saling menulis surat. Kami juga saling mengirimkan buku yang mungkin kami sukai. Tahun berlalu, dan kami semakin dekat..

Ketika berumur 30, dengan sedikit bercanda aku mengingatkan kembali perjanjian kita. Aku mengaku belum jatuh hati dengan wanita lain (aku tidak bilang padanya, aku tidak bisa jatuh hati pada wanita lain karena selalu membandingkan wanita lain dengannya, dia benar - benar paling sempurna).

Dia juga mengaku bahwa belum jatuh ke hati lain. Dia sepertinya sangat serius dengan perjanjian ini. Dia juga telah bisa merelakan kepergian adiknya. Setahun kemudian, dia minta untuk bertemu dan berjalan bersama, untuk melihat apakah kita masih ada chemistry.

Dan kami masih cocok. Dia telah menetap di California dan aku juga telah menemukan pekerjaan di sana. Aku memang selalu ingin tinggal di California.

Aku melamar dia enam bulan kemudian. Dia tersenyum dan bilang, "Dasar curang!" karena baru beberapa bulan lagi dia berumur 30. Kami akan menikah di hari ulang tahunnya.

Beberapa bulan mungkin tidak akan terasa.

Baiklah aku menangis ketika menulis cerita ini. Akan aku akhiri di sini. Cukup. Aku tak kuasa membendung rasa ini.

Dia meninggal.

Inilah akhir cerita ini.

Dia ditabrak oleh pengemudi mabuk sialan

Dirawat di ICU selama dua hari hingga akhirnya tubuhnya menyerah.

Aku pergi ke pemakamannya

Bertemu dengan ayahnya dan bicara sesuatu yang tidak aku ingat sudah.

Aku sudah tidak pernah mengetahui kabar ayahnya lagi.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co