Kisah Mualaf: Ditinggal Suami, Aku Temukan Keajaiban dalam Islam

30 Maret 2022 18:30

GenPI.co - Halo semua. Perkenalkan namaku Laura Debora Purba, seorang mualaf sejak 2013. Perjalanan sebagai muslim selama lebih kurang tujuh tahun penuh dengan lika-liku. 

Aku ditinggal suami pertama kembali menghadap Allah SWT, ketika anak kami berusia tiga tahun. Rasa hancur menyelimuti perjalanku setelah itu. 

Jujur, gejolak batin banyak sekali ketika hidup sebagai janda untuk memperjuangkan agama yang sudah saya pilih, yakni Islam. 

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Sering Sambangi Masjid, Kini Aku Ucapkan 2 Syahadat

Sebab, selain ditinggal suami, saya memiliki ayah yang taat beragama Nasrani. Beliau bahkan seorang pendeta. 

"Begini, ya, rasanya dibuang keluarga selama lima tahun," pikirku. 

BACA JUGA:  Kisah Mualaf: Tak Sabar Menunggu Bedug dan Segelas Teh Manis

Setelah hidup lima tahun menjanda, saya akhirnya kembali menikah dengan seorang muslim dan dikaruniai anak laki-laki. 

"Alhamdulillah anak pertama perempuan berusia 7 tahun dan kedua laki-laki berusia 2,5 tahun. Jadi, sepasang," ujarku. 

Namun, aku kembali mendapat cobaan yang cukup berat ketika kembali menikah. 

Sebab, aku belum pernah sekali pun salat berjamaah dengan suami karena alasan pekerjaan. 

"Saya rindu salat berjamaah. Suamiku tidak pernah punya waktu, padahal kalau riwayat keluarganya, mertua taat ibadah," gumamku. 

Perasaanku makin sedih, gelisah, bercampur karena merasa rumah tangga yang dibangun tidak ada pondasi yang kuat. 

Oleh karena itu, aku memilih untuk pisah dengan suami kedua karena beberapa sebab selain masalah salat berjamaah. 

Aku pun memutuskan untuk kembali tinggal bersama orang tua di Medan, Sumatera Utara. 

"Kedua orang tua nasrani, tetapi aku bisa salat di rumah," kataku. 

Ya, aku bersyukur orang tua akhirnya bisa menerima bersama kedua anakku. 

Meski demikian, aku sedikit kesulitan beribadah karena sulit mendengar azan karena berada di wilayah Nasrani. 

Aku pun sempat memutuskan untuk tinggal di kontrakan yang dekat dengan masjid. 

Namun, itu tidak bertahan lama karena aku mengalami kesulitan ekonomi usai ditipu sebesar Ro 700 juta. 

Tahun 2020, bisnis yang aku kerjakan pun dihancurkan karyawanku sendiri. 

Aku terkadang suka merasa hidup ini tidak pernah adil. Namun, aku merasa berdosa karena rezeki, jodoh, maut itu semua sudah diatur Allah SWT. 

Setelah kembali ke rumah orang tua, aku kembali bersyukur karena tinggal bersama keluarga. 

"Jadi, di rumah ini, aku dan kakakku menjadi seorang muslim. Alhamdulillah," kataku.

Kisah Mualaf ini seperti dituturkan Laura kepada GenPI.co.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Hafid Arsyid Reporter: Puji Langgeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co