Kisah Cintaku: Aku Mencintainya Sepenuh Hati, Dia Setengah Hati

13 November 2022 22:00

GenPI.co - Kisah cintaku dengan Dian cukup memusingkan. Aku mencintainya sepenuh hati. Dia seolah menyambutku setengah hati.

O, iya. Namaku Galih. Aku perantauan di Surabaya. Asalku Jakarta. Aku ingin merasakan suasana baru sehingga nekat bekerja di Surabaya.

Kota yang menyenangkan. Surabaya sudah tidak berbeda jauh dengan Jakarta. Semuanya ada.

BACA JUGA:  Kisah Cintaku dan Pacarku Seperti Roller Coaster

Aku bertemu Dian di sebuah kafe. Dia adalah teman dari rekan kerjaku. Kami dikenalkan. Biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Perjalanan kami baru istimewa setelah aku mengutarakan isi hatiku. Tak bisa dimungkiri, aku mencintainya.

BACA JUGA:  Kisah Cintaku, Aku Memintanya Langsung kepada Mamanya

Pandangan pertama biasa. Setelah itu, semuanya menjadi istimewa. Dian tidak langsung menerima uluran perasaanku.

Orang zaman dahulu bilang dia seperti merpati. Jinak, tetapi susah ditangkap.

BACA JUGA:  Kisah Cintaku Bersemi di Konser Musik

“Kamu masih meragukan perasaanku?” tanyaku.

“Iya,” jawab Dian.

Dian memang seperti itu. Dia tidak berpikir dua kali ketika hendak mengeluarkan kata-kata dari bibirnya.

Aku melenguh. Sialan. Batinku. Aku menatap matanya dengan tajam. Dian menatapku. Kami beradu pandang.

Lain waktu, kami kembali membicarakan isi hati. Kumantapkan niatku. Ini yang terakhir. Kalau ditolak, aku mundur.

Dian mengangguk saat aku memintanya menjadi pacarku. Deg. Jantungku bertalu-talu. Rasanya seperti genderang.

Setelah hampir dua tahun mendekatinya, aku bisa memilikinya. Minimal dia maju menjadi pacarku. Aku belum berpikir panjang.

Usiaku masih 26 tahun. Aku belum memiliki rencana menikah. Dian pun sama. Dia terpaut dua tahun di bawahku.

Namun, perjalanan kami tidak mulus. Kisah cintaku dengannya selalu dipenuhi jalan berliku.

Meskipun sudah memiliki fisiknya, aku tak bisa mempunyai hatinya. Dian seperti masih ingin bebas. Dia tidak mau melibatkan aku dalam hal apa pun.

“Aku, kan, pacarmu,” ujarku.

“Terus?”

Aku kesal sendiri setiap kali Dian mengucapkan kalimat itu. Rasanya percuma berbicara dengannya.

Kucoba pertahankan hubungan yang baru berjalan lima bulan. Keajaiban terjadi pada bulan kedelapan.

Dian berubah total. Dia jauh lebih perhatian. Dian seolah benar-benar membuka hati untukku.

Dia jauh lebih romantis. Hubungan kami jauh lebih hangat. Kisah cintaku sangat berwarna.

“Kenapa, sih?” aku benar-benar penasaran.

“Ingat Haikal?”

Aku ingat nama itu. Haikal juga mengejar Dian. Namun, dia tidak mendapatkan sambutan. Aku yang menang.

“Dia sudah janji nggak ganggu aku. Dia menghargai hubungan kita,” ucap Dian. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Redaktur: Ragil Ugeng

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co