GenPI.co - Tahun ini aku menginjak usia 24 tahun. Aku tak mengira bahwa kisah cintaku akan seperti ini.
Sudah enam bulan ini aku menjadi simpanan ibu pejabat. Suaminya jarang pulang ke rumah. Ibu pejabat itu pun jadi makin jarang dibelai.
BACA JUGA: Tak Terduga, Cintaku Tercantol Janda Cantik Purwakarta
Ceritanya membuatmu yakin bahwa jabatan dan uang bukanlah menjadi segalanya.
Sebab, di dalam cinta, aku pikir perasaan selalu jadi yang pertama.
"Dia ngasih aku segalanya, tetapi tidak buat cinta. Padahal, buat apa menikah kalau tidak cinta. Aku, kan tidak menikahi uangnya," katanya.
Dia bilang begitu sambil menaruh kepalanya di dadaku. Kita sedang staycation di sebuah hotel di kota metropolitan.
BACA JUGA: Angkat Pot Tanaman, Bikin Aku Dipijat Tetangga Baru
Tanganku tanpa sadar membelah rambutnya yang panjang.
Di saat seperti itu, aku selalu merasa jadi laki-laki yang beruntung. Laki-laki gagah yang bisa menampung keluh kesah wanita.
Aku mengenal si ibu pejabat ini di tempat gym terkenal di kota kami.
Dia awalnya berniat menghabiskan waktu luang kala suami pergi dengan olahraga di gym.
Namun, takdir rupanya berkata lain. Dia malah bertemu denganku di gym tersebut.
Aku yang cukup senior di gym tersebut memang selalu diminta mengajari member gym baru.
Kedekatan-kedekatan itu akhirnya terbangun hingga sekarang dia telah jatuh ke pelukanku.
Aku menyukainya, begitu pula dia. Akan tetapi, aku sadar sepertinya hidup selalu punya batasan.
Aku dan dia tak bisa bersama, setidaknya untuk hari ini.
Ibu pejabat itu tak mau melepas suaminya. Tentu saja, aku juga merasa bukan siapa-siapa.
Aku hanya punya cinta dan waktu, bukan punya segalanya soal materiil seperti suaminya.
Kadang aku cemburu kalau suaminya sedang pulang. Waktuku dengan dia menjadi tak banyak.
Namun, sekali lagi aku tak punya hak apa-apa.
Aku harus sadar diri bahwa mungkin aku memang hanya menjadi simpanan ibu pejabat saja.(*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News