GenPI.co - Konflik bersenjata yang melanda di Yaman hingga kini belum berakhir. Berbagai aktor dari beberapa negara memiliki kepentingan yang terlibat mendukung masing-masing kelompok yang berseteru di negara Yaman.
Konflik berkelanjutan ini terjadi pertama kali pada 2015. Perang yang disebut Perang Saudara Yaman ini melibatkan dua faksi yaitu, Abdrabbuh Mansur Hadi memimpin pemerintah Yaman melawan gerakan separatis bersenjata Houthi.
Baca juga :
Menimbun Emas, China & Rusia Siap Hadapi Efek Buruk Perang Dagang
Trump Gemar Bocorkan Rahasia Intelijen, CIA Amankan Agen di Rusia
Standar LV, Tas Asli Produksi Semarang Dicekal di Rusia
Masing-masing kelompok tersebut mengklaim sebagai pemerintah resmi Yaman.
Namun, sejatinya dikutip dari The Guardian pada Kamis (13/6/2019), Houthi adalah kelompok pemberontak syiah yang telah melakukan perlawanan terhadap pemerintah Yaman sejak puluhan tahun lalu.
Perseteruan tersebut mengundang perhatian dunia. Banyak tokoh sejagat prihatin atas konflik tersebut.
Salah satunya adalah Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengajak semua elemen Yaman untuk mengakhiri konflik tersebut dan mewujudkan kembali perdamaian di tanah mereka.
Ajakan damai Putin ini dilakukan saat melakukan pertemuan dengan Presiden Turki, Recep Tayib Erdogan dan Presiden Iran, Hassan Rouhani di Turki pada Selasa (17/8).
Dalam pertemuan tersebut, Putin mengutip surah Ali Imran ayat 103 yang mengandung makna sangat besar bagi umat Islam. Ayat ini merupakan perintah untuk berpegang teguh kepada ajaran Allah SWT dan tidak bercerai-berai.
Meski demikian, Iran yang berafiliasi dengan kelompok Houthi diprediksi tidak akan menghentikan dukungannya kepada kelompok pemberontak syiah Houthi. Sementara, Arab Saudi tengah melindungi Hadi karena ia merupakan pimpinan yang sah melalui pemilihan umum di Yaman.
Simak video berikut ini:
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News