Dari Kopi Ruko ke Street Coffee, Seruputenang Bertahan di Pandemi

02 Maret 2021 09:50

GenPI.co - Di jalan Budi Raya, dekat Tugu Manggis, Jakarta Barat, sebuah gerobak dengan lampu-lampu berwarna oranye ini cukup mencuri perhatian.

Terdapat papan kotak berwarna merah dengan tulisan Seruputenang. Rupanya, ini adalah salah satu street coffee di Jakarta.

BACA JUGABak Sekali Dayung Lewati 3 Pulau, Bisnis Mahasiswa Ini Menggurita

Kepada GenPI.co, Farhan, salah satu owner dari Seruputenang menceritakan kisah bisnis kedai kopi miliknya tersebut. 

Farhan tak sendiri, dia bersama tiga temannya yang  turut membesarkan Seruputenang.

Sebelum menjadi street coffee, Seruputenang awalnya menyewa sebuah ruko, tetapi karena aspek pelanggan yang minim, Farhan memilih mengubahnya menjadi kopi pinggir jalan.

“Dulu waktu masih di ruko, mungkin bisa dihitung pelanggan yang dari luar, kebanyakan di sana yang datang teman-teman saja. Namun, semenjak pindah ke sini, mulai beda,” ujar Farhan kepada GenPI.co pada Minggu (28/2/2021).

Bisnis yang dimulai dari patungan uang tabungan ini masih bertahan, Farhan dan kawan-kawannya tak ingin tumbang meski kian sulit dihadang pandemi.

BACA JUGAMerry Jane Kepakkan Sayap Jadi Spesialis Sulam Kecantikan

Kebijakan pemerintah yang membatasi jam malam dinilai menjadi salah satu tantangan terbesarnya. 

Apalagi, Seruputenang buka sekitar pukul 17.00 WIB. Sementara itu, jam malam biasanya mulai berlaku di pukul 19.00 WIB atau sempat sedikit lebih lama hingga pukul 21.00 WIB.

Kedai yang  berada di pinggir jalan juga membuatnya rawan dengan banyak hal. Contohnya saja cuaca yang dalam beberapa hari ini hujan dan berangin.

Angin kencang beberapa waktu lalu sukses membuat tenda Seruputenang terlempar. Kini tenda itu rusak dan belum bisa dipakai lagi.

Farhan menceritakannya dengan tersenyum dan tak habis pikir, tetapi dia menyadari tak bisa menyalahkan siapa-siapa lantaran cuaca memang sedang tidak menentu.

“Awalnya angin mulai kencang, kami pegang itu tenda. Setelah agak reda, saya sibuk mencari hape yang lupa ditaruh di mana. Tanpa sadar, angin kencang lagi dan tenda langsung terbang,” kata Farhan.

Kejadian-kejadian unik seperti ini sudah sering dialaminya. Baginya, ini menjadi semacam cerita lucu dan bagian dari suka duka perjalanan bisnis yang mesti dinikmati.

Meskipun demikian, perpindahannya dari ruko ke street coffee cukup tepat. Pelanggan baru silih berganti berdatangan.

Farhan mengaku memiliki trik tersendiri untuk mendekatkan dengan pelanggan. 

Jika ada pelanggan datang sendirian, dia tak sungkan untuk mendekat dan mengajaknya mengobrol. Baginya, ini menjadi cara yang membuat kedai kopinya berbeda dari yang lain.

Selain itu, Seruputenang juga open bar. Dalam artian, pelanggan yang penasaran dan mau membuat kopi sendiri, bisa mencobanya di bar Seruputenang.

“Boleh itu, di sini open bar. Namun, kalau lagi ramai biasanya kami tahan dulu, biar pesanan pelanggan selesai semua, baru bisa dicoba kalau ada yang mau tahu rasanya jadi barista,” ujarnya.

Ke depan, Farhan ingin membuka cabang baru Seruputenang, selain itu keinginannya untuk menjadikan Seruputenang sebuah coffee shop juga belum pudar.

“Tapi, yang penting kini doa seruputenang bisa terwujud. Sederhana saja, pelanggan yang ke sini lalu menyeruput kopi dan merasakan ketenangan. Ya, sesuai dengan tagline kami,

Di saat kamu menyeruput dengan tenang, di situlah kamu selalu ingat kami,” kata Farhan. (*)

Farhan, salah satu owner dari Seruputenang (foto: Dok Chelsea Venda/GenPI.co)

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

BERITA TERPOPULER

BERITA TERKAIT

Copyright © 2024 by GenPI.co