Catatan Hasan Aspahani: Jangan Mengadu Domba, Siapa Membunuh Putri (20)

Catatan Hasan Aspahani: Jangan Mengadu Domba, Siapa Membunuh Putri (20) - GenPI.co
Hasan Aspahani. Foto: Twitter/@jurubaca

GenPI.co - Pulang dari makan malam di kelong, di Watubesar, Inayah memintaku menemaninya kembali ke pesantren. Edo saya minta pulang sendiri. 

Di mobil, selama perjalanan ke Watuaji, Inayah bercerita banyak tentang rencana-rencananya mengembangkan pesantren, koperasi, dia bahkan punya ide bikin majalah dakwah.

”Redaksinya siapa?” tanyaku.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Judi dan Jatah, Siapa Membunuh Putri (19)

”Anak-anak pesantren. Kamu sudah lihat tulisan mereka kan?”

”Sudah, bagus-bagus. Beberapa dari mereka berbakat. Siapa itu? Indra sama Aidil itu yang paling berbakat.”

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16)

”Rodi juga. Anak dari panti dulu itu,” kata Inayah.

”Iya dia juga,” kataku.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Dipanggil, Siapa Membunuh Putri (16)

Tapi kuingatkan dia, untuk menerbitkan majalah tak hanya perlu penulis yang bagus. Perlu modal yang cukup untuk biaya cetak di tahun-tahun awal, perlu pengelola bisnis yang paham dunia media.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya