Catatan Hasan Aspahani: Jangan Mengadu Domba, Siapa Membunuh Putri (20)

Catatan Hasan Aspahani: Jangan Mengadu Domba, Siapa Membunuh Putri (20) - GenPI.co
Hasan Aspahani. Foto: Twitter/@jurubaca

”Sudah ada nama majalahnya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.  

”Manzilah. Bagus kan? Artinya… peredaran. Garis edar,” kata Inayah.

”Bagus… Kata itu ada di Surah Yasin ya…”

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Judi dan Jatah, Siapa Membunuh Putri (19)

Kami kembali terdiam. Sampai mobil berhenti di pesantren. Malam itu saya tidur di asrama pesantren. Saya tidur dengan sangat nyenyak.

Tapi kata anak-anak santri, malam itu saya bermimpi. Saya seperti bernyanyi atau bersenandung. Saya tak pernah bermimpi begitu. Pagi-pagi ada sarapan tersedia untukku di kamar. Kata yang mengantar itu dari Ustazzah Inayah.  

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan dan Hasan Aspahani: Teror di Radio, Siapa Membunuh Putri (16)

Saya minta Edo menjemput saya di pesantren.  Sampai pukul 10 dia belum sampai. Sampai kemudian dia menelepon ke ponsel saya. Dia menelepon dari Polrestabes. Dia ditahan sejak malam kembali dari Kelong.

”Di Simpangkapal ada razia. Saya distop, mereka periksa mobil. Terus katanya ada ganja di mobil kita. Saya tak tahu mereka temukan di bagian mana. Saya pastikan itu bukan punya saya. Saya tak pernah pakai ganja, tak pernah berurusan dengan penjual ganja,” kata Edo.

BACA JUGA:  Catatan Dahlan Iskan-Hasan Aspahani: Dipanggil, Siapa Membunuh Putri (16)

”Oke, tunggu. Saya ke sana,” kata saya

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya