#22 Kemenpar Menuju Customer-Centric Organization

#22 Kemenpar Menuju Customer-Centric Organization - GenPI.co
customer

Beberapa minggu terakhir ini kita di Kemenpar sedang menggodog struktur organisasi baru dalam rangka memenuhi tuntutan strategis untuk mencapai visi mendatangkan 20 juta wisman di tahun 2019. Saya sudah mencermati struktur organisasi yang selama ini kita gunakan dan saya berkesimpulan bahwa dengan struktur organisasi tersebut mustahil kita bisa mewujudkan visi 2019.

Kenapa? Karena struktur organisasi tersebut masih menggunakan “dimensi fungsi” secara dominan atau “functional structure”, belum menggunakan “dimensicustomer ” sebagai primary dimension. Memang demikianlah umumnya evolusi sebuah organisasi yaitu diawali dengan dimensi fungsi secara dominan, kemudian bertransformasi menjadi dimensi customer yang dominan. Sebenarnya memang dari awal tahun 2015 organisasi Kemenpar telah diproyeksikan menjadi customer-centric organizationbukan bureaucratic structure namun dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Evolusi transformasi organisasi menjadi customer-centric organization kita percepat, singkatnya evolusi yang dipercepat.

Structure Follows Strategy

Kalau pernah belajar di sekolah bisnis, kita pasti akrab dengan ungkapan klasik yang dikemukakan oleh Prof. Alfred Candler, pakar organisasi dari Harvard, yang berbunyi: “Structure Follows Strategy”. Struktur organisasi itu harus dibuat dengan mengacu kepada strategi yang dijalankan, bukan sebaliknya. Struktur organisasi haruslah berfungsi sebagai penunjangterlaksananya strategi organisasi. Struktur organisasi merupakan “rumah” bagi strategi yang dibangun, karena itu desainnya harus disesuaikan dengan strategi tersebut.

Begitu diangkat menjadi menteri, hal pertama yang saya lakukan adalah melakukan Strategic Situation Analysis (SSA) dan kemudian Strategy Formulation (SF). Seperti rekan-rekan lihat selama lebih dari dua tahun terakhir, saya merombak secara mendasar seluruh strategi Kemenpar ke arah “customer-centric strategy”. Kenapa? Karena pada hakekatnya, Kemenpar adalah “kementerian pemasaran” karena tugasnya jelas memasarkan destinasi wisata (produk) untuk mendatangkan 20 juta wisman, bukan sekedar menjalankan aktivitas rutin kepemerintahan.

Jadi Kemenpar itu tak beda jauh dengan perusahaan: punya target tahunan dan punya “omset”. Jumlah devisa wisman yang dihasilkan tiap tahun itulah “omset” Kemenpar. Bedanya, kalau di perusahaan, omset (profit) itu masuk ke kantong pemegang saham. Sementara kalau di Kemenpar “omset” itu dikembalikan ke masyarakat demi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Itu sebabnya saya mengelola Kemenpar ini dengan pendekatan strategi korporasi (corporate strategy). Dengan pendekatan ini saya ingin menciptakan entrepreneurial government di tubuh Kemenpar. Karena alasan itu pula tulisan ini saya beri nama “CEO Message”, bukan “Minister Message”.  

Nah, seperti kata Prof. Candler, ketika strateginya dirombak, maka struktur organisasinya pun harus dirombak. Ketika strateginya mengarah ke customer-centric strategy, maka struktur organisasinya juga harus mengarah ke customer-centric structure, tak bisa lagi menggunakan bureaucratic structure. Inilah alasan mendasar kenapa kini kita kembali melakukan perombakan struktur organisasi.

Kelemahan Bureaucratic Structure

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya