
2. Maag
Puasa yang terputus-putus dapat memperparah gejala maag akibat peningkatan produksi asam lambung selama periode puasa, sehingga berpotensi menyebabkan ketidaknyamanan, nyeri, dan memperparah lesi ulseratif.
Melewatkan makan atau berpuasa dalam waktu lama dapat semakin mengiritasi lapisan lambung, memperburuk gejala maag, dan menunda penyembuhan.
Penderita maag harus melakukan puasa intermiten dengan hati-hati dan berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menerapkan program puasa apa pun.
BACA JUGA: Kapan Waktu Makan Siang yang Disarankan Pakar Diet?
Hidrasi yang tepat dan mengonsumsi makanan ramah maag selama jendela makan sangat penting untuk mengurangi potensi dampak buruk pada kesehatan perut.
3. Gangguan pola makan
Puasa intermiten dapat memicu gangguan pola dan perilaku makan, terutama pada individu yang rentan atau sedang mengalami gangguan makan seperti anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.
BACA JUGA: Penelitian Sebut Diet Yo-yo Membahayakan Kesehatan Fisik dan Mental
Aturan dan peraturan ketat seputar periode puasa dapat memperburuk pikiran obsesif tentang makanan, berat badan, dan citra tubuh.
Bagi sebagian orang, puasa intermiten dapat menyebabkan siklus pembatasan dan episode makan berlebihan, karena periode puasa dapat memicu rasa lapar dan mengidam yang intens.
BACA JUGA: Pentingnya Mengonsumsi Brokoli Saat Sedang Menjalani Program Diet
Siklus pembatasan dan makan berlebihan ini dapat menimbulkan perasaan bersalah, malu, dan kehilangan kendali, sehingga melanggengkan hubungan yang berbahaya dengan makanan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News