#47 Hot Deals

#47 Hot Deals - GenPI.co
Menpar Arief Yahya saat meluncurkan program Pesona Ramadan

Jaman dulu kalau kita menelpon setelah jam 6 petang kita mendapat diskon 50%, lalu di atas jam 9 malam diskonnya menjadi 75%. Apakah manajemen perusahaan telekomunikasi bodoh? Nggak, malah dia pintar sekali. Daripada tidak ada yang menelpon sama sekali di petang dan malam hari, lebih baik ada yang menelpon dengan cara memberi insentif ke konsumen berupa diskon besar.

Jadi, pemberian diskon mendorong orang yang awalnya tak ingin menelpon menjadi berkeinginan menelpon dengan iming-iming diskon besar. Katakanlah sebelumnya revenue per menit hanya Rp 1000. Setelah diberi diskon di petang dan malam hari maka barangkali revenue per menitnya turun menjadi hanya Rp 250. Tapi jangan lupa, volume panggilan teleponnya melonjak drastis. Sehingga ujung-ujung revenue dan profit-nya lebih besar.

Yang ingin saya katakan dari contoh ini adalah bahwa, supply yang murah itu bisa men-drive demand.

Pertanyaannya, supply yang seperti apa? Yaitu supply yang bisa menciptakan affordability (keterjangkauan harga). Affordability bisa diciptakan dengan tiga cara. Pertama dengan meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua dengan membuat harga berdenominasi kecil (small denomination), dengan cara memperkecil kemasan. Ingat, small denomination tak harus menurunkan harga. Ketiga dengan cara menurunkan harga, terutama pada saat low season, seperti pada program hot deals ini.

Hot Deals Ramadan

Mumpung waktunya tepat, menyambut datangnya bulan Ramadan, saya ingin memberikan contoh Hot Deals yang paling klasik yaitu Hot Deals di bulan puasa.

Kita tahu bersama, dari dulu hingga sekarang di bulan puasa okupansi hotel anjlok. Di negara dengan mayoritas muslim seperti Indonesia, dari dulu polanya seperti itu. Jadi low season di bulan puasa yang akan datang sekitar bulan Juni adalah sebuah keniscayaan.

Pada saat bulan puasa, di kota bisnis seperti Jakarta, pada waktu weekdays okupansi turun, dan weekend lebih turun lagi. Sementara kota seperti Batam yang banyak menawarkan resort kondisinya justru sebaliknya. Sementara Bali saya menduga kondisinya setali tiga uang. Ya, karena kontribusi wisnus di Bali yang sebagian besar muslim masih cukup besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari GenPI.co di Google News

Berita Sebelumnya
Berita Selanjutnya